Senin, 01 Desember 2014

Strategi Penanganan Zat Kimia untuk Menjamin Keamanan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium

PENDAHULUAN

Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalalm proses belajar mengajar, sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar, laboratorium harus mempunyai siaft yang nyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya selaha kebutuhan  ata keperluan untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat yang semestinya atau mudah di akses bila digunakan. Sedangkan laboratorium yang bersifat aman artinya segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapkan kemanannya.
            Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratorium kimia. Pada dasarnya semua bahan kimia beracun,  namun apabila dikelola dengan baik maka dan benar maka tingkat bahaya sebagai bahan beracun dapat ditanggulangi atau dikurangi, sehingga dibutuhkan suatu pengelolaan dan penyimpanan zat kimia yang benar dan tepat.
            Kegiatan pengelolaan bahan kimia di laboratorium meliputi beberapa tahapan atau langkah, yaitu :
- Pengemasan dan penempatan
- Pengelompokan menurut jenis bahan
- Administrasi dan pencatatan penggunaan bahan
- Kondisi Tempat Penyimpanan
- Pengelolaan bahan Buangan
- Peraturan Bahan Dalam Lemari atau Rak

  

BAB II
ISI

A.    Strategi Pengemasan dan Penempatan
Ada beberapa jenis kemasan atau botol yang dapat digunakan untuk mengemas bahan kimia , misalnya botol plastik, botol berwarna coklat, botol berwarna putih. Botol plastik hanya bisa digunakan untuk bahan padat. Namun ada bahan cair yang memang sengaja harus di tempatkan dalam botol plastik berwarna hitam, misalnya H2O2, untuk kegiatan siswa, sebaikknya kita menyediakan dalam jumlah yang terbatas atau dalam botol-botol kecil
Penempatan bahan-bahan kimia disusun secara alfabetik sehingga mudah untuk dicari bahkan  orang lain yang pertama kali masuk ke laboratorium tersebut. Bahan-bahan yang berbahaya sebaiknya di letakkan dalam rak yang paling bawah, sehingga mudah untuk diambil
            Semua bahan harus diberi lebel secara jelas. Untuk larutan sebaikknya dicantumkan pula tanggal pembuatannya, dengan demikian kita akan segera tahu larutan yang lebih lama dan itu yang digunakan terlebih dahulu.

B.     Pengelompokan Menurut Jenis Bahan
Bahan kimia yang digunakan di laboratorium wujudnya bermacam-macam, yaitu gas, cair, dan padatan, demikian pula sifat fisiknya dalam menggunakannya. Contohnya seperti sublimat, sianida, arsen, dan senyawanya
Secara umum bahan kimia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
- Sifat Racun
Bahan – bahan yang beracun diletakkan dikemas dalam kemasan bertanda khusus sehingga penggunaan langsung dan berhati-hati dalam menggunakannya. Setelah bahan ini fapat diletakkan dalam lemari yang khusus, sehingga tidak mudah di ambil oleh sembarang orang. Dalam laboratorium sebaiknya ditempel bagaimana menggunakan dengan benar-benar bahan yang beracun, sehingga tidak terjadi kejadian yang tidak diharapkan

- Sifat Korosif
Bahan korosif sebaiknya diletakkan jauh dari alat-alat atau instrument, terutama alat-alat yang terbuat dari logam. Penyimpanan bahan korosif yang benar adalah dalam lemari asam
- Wujudnya
Berdasarkan wujudnya bahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu padat, cair, dan gas. Penyimpanan yang baik adalah mengelompokkan menurut wujudnya.

- Mudah Tidaknya menguap
Bahan yang mudah menguap sebaiknya diletakkan dalam lemari asam, sehingga uapnya langsung keluar ruangan dan tidak menyebar kemana-mana

- Mudah Tidaknya terurai kibat cahaya langsung
Bahan yang mudah terurai bila kena cahaya harus dikemas dengan kemasan khusus ( botol Hitam) dan diletakkan tersembunyi dari matahari atau cahaya

- Mudah Tidaknya terbakar
Bahan yang mudah terbakar harus diletakkan jauh dari sumber api atau panas

- Bahan Kimia reaktif terhadap air
Bahan ini juga harus jauh dari tempat berair, seperti logam Na, logam halida, asam sulfat

C.           Administrasi dan Pencatatan Penggunaan Bahan
Semua bahan harus mempunyai catatan yang rapi dan teliti. Inventaris bahan ini sangat berguna untuk merencanakan pembelian bahan yang akan diusulkan. Adanya pencatatan yang teratur juga dapat digunakan untuk merencakan anggaran biaya yang diperlukan untuk mengadakan kegiatan laboratorium

D.           Kondisi Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan yang baik adalah ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan juga harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah vagar bahan tidak mudah rusak. Sinar matahari diusahakan bisa masuk, tetapi tidak terlalu langsung atau banyak. Suhu ruangan juga tidak boleh terlalu panas, karena akan merusak beberapa bahan.
Umumnya bahan kimia di simpan berdasarkan kelompoknya misalnya rak atau almari tempat penyimpanan bahan padat, cair, gas, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam almari tertutup sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam lemari terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuan penyimpanan ini agar bila terjadi ketidakberesan dapat dengan mudah diketahui. Tempat penyimpanan bahan berwujud cair sebaiknya berada pada bagian bawah atau di dalam lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya dapat diletakkan dalam lemari tersendiri. Hal bertujuan agar bila terjadi kebocoran gas dapat langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Demikian pula bila cairan yang tercecer, maka membersihkannya dapat dengan mudah, karenanya lemari asam biasanya dilengkapi dengan air/kran
Lemari untuk menyimpan bahan, terutama cairan sebaiknya diabuat terjangkau oleh tangan. Bila masih diperlukan alat bantu seperti tangga maka akan dapat mebahayakan pengambilnya. Lemari juga harus dibuat dari kayu yang tidak mudah lapuk atau dimakan rayap. Lemari dapat juga terbuat dari beton yang dikeramik. Yang terpenting lemari harus kuat dan tidak mudah menyerap panas dari luar. Lemari yang terbuat dari besi sebaikknya dihindari untuk menyimpan bahan karena mudah korosi.
Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan kimia beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan ketujuh sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan factor lain, yaitu:
a.       Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
b.      Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau
timbulnya gas beracun
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas , beberapa syarat penyimpanan bahan secara singkat adalah sebagai berikut:

1.      Bahan beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
v  ruangan dingin dan berventilasi
v  jauh dari bahaya kebakaran
v  dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
v  kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan
v  disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

2.      Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat penyimpanan:
v  ruangan dingin dan berventilasi
v   wadah tertutup dan beretiket
v  dipisahkan dari zat-zat beracun.

3.      Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
a)      Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfida (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
b)       Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
c)      Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
a)      temperatur dingin dan berventilasi
b)       jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
c)      tersedia alat pemadam kebakaran

4.      Bahan mudah meledak
Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.
Syarat penyimpanan:
§  ruangan dingin dan berventilasi
§  jauhkan dari panas dan api
§  hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan misalnya:
v  natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
v   ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
v   kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
v   nitrat dengan eter
v   peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
v  klorat dengan asam sulfat
v  asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
v   halogen dengan amoniak
v  merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)
v  Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat

5.      Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic
Syarat penyimpanan:
ü  temperatur ruangan dingin dan berventilasi
ü  jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
ü  jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6.      Bahan reaktif terhadap air
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:
ü  temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
ü  jauh dari sumber nyala api atau panas
ü  bangunan kedap air
ü  disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7.      Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
Ø  ruangan dingin dan berventilasi
Ø   jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
Ø  ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong-kantong hydrogen
 disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

8.      Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
Ø  disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
Ø  ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
Ø  jauh dari api dan panas
Ø  jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.

E.     Peraturan Bahan Dalam Lemari atau Rak
Bahan kimia yang disimpan dalam lemari sebaikknya diurutkan berdasarkan abjad dan digunakan nama yang seragam, misalnya natrium klorida, natrium sulfat, natrium tiosulfat. Jadi tidak perlu sampai ada dua istilah untuk satu jenis bahan yang sama. Hal ini dapat menyulitkan pengguna untuk mengambil bahan kimia tersebut. Sebaiknya untuk bahan yang sama dibuat urut kedalam lemari bahan yang sudah dibuka segelnya diletakkan di bagian depan agar penggunaan atau pengambilan bahan terkontrol. Jadi kemasan yang terbuka untuk bahan yang sama  cukup satu.
Untuk menata dalam lemari, lebel diletakkan dibagian depan agar mudah terbaca untuk memudahkan pengambilan sebaiknya lemari dilengkapi dengan daftar atau skema tepat bahan diletakkan. Pintu lemari harus dapat dibuka dengan mudah.

F.     Pengelolaan bahan Buangan
Bahan buangan setelah selesai kegiatan praktikum juga dapat merupakan masalah penting bagi setiap laboratorium. Laboratorium yang baik umumnya dilengkapi dengan bak penampung limbah, dengan demikian pembuangan limbah menjadi terkontrol. Pembuangan limbah yang baik dipisahkan antara limbah padat, dan libah cair.



BAB III
KESIMPULAN
Laboraorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya.Dalam hal ini seorang laboran memegang peranan penting dalam menciptakan suatulaboratorium yang aman. Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat bahan kimiayang ada di laboratorium seorang laboran dapat mengetahui bagaimana cara menanganibahan kimia tersebut, termasuk bagaimana cara menyimpan dengan baik dan aman.
Memang bukan hanya faktor bahan kimia yang menyebabkan keadaan tidak aman, faktor lain seperti ventilasi ruangan, almari asam, atau sistem pengaman gas tidak bekerja denganbaik keadaan akan menjadi lebih tidak aman. Pengetahuan tentang kegunaan alat,perawatan dan pemeliharaan alat juga penting untuk menjaga keawetan alat. Memangdiperlukan suatu kerjasama dari berbagai pihak, baik dari para (maha)siswa, guru, dosensebagai pengawas.
Dalam melakukan praktikum  mahasiswa juga dituntut untukberhati-hati, tidak menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya yang ditimbulkan. Peranguru/dosen sebagai pengawas juga penting. Prosedur dan cara kerja perlu diberikan secarajelas dan sempurna sebelum dikerjakan oleh para mahasiswa dan laboran. Dengankerjasama yang sinergis dari berbagai pihak maka akan tercipta laboratorium kimia yangaman dan nyaman bagi semua orang yang menggunakannya.



BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Emha.M.S.H, (2006),Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Moran, Lisa dan Masciangioli,Tina.,(2010),Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia, The Natinal Academies Press, Washington DC

Riandi, Pengelolaan Laboratorium

Suryanta,(2010), Manajemen Oprasional Laboratorium, Universitas Negeri Yokyakarta, Yokyakarta

Tim Ahli Program STEP-2,(2007),Manajemen Laboratorium IPA, Departemen Agama Repubik Indonesia, Jakarta

Unit keselamatan Kerja,(2011), Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium. Institut teknologi Bandung,Bandung

Widodo,Eko., Manajemen pengelolaan Laboratorium

Tidak ada komentar:

Posting Komentar